Langsung ke konten utama

Honor

Honor... Ini merupakan salah satu indikator penghargaan seseorang kepada saya terhadap pekerjaan yang telah dilakukan..

Permasalahannya adalah bagaimana cara mengukur kepantasan "berapa honor yang layak saya terima dalam sebuah pekerjaan?" 

Sebenarnya bagi saya, tidak ada standar tertentu, karena jika menetapkan sebuah standar, sepertinya saya sedang jual beli ilmu.. Ko seperti sebuah penghianatan akademik...

Saya selalu berpikir, berapapun honor yang diterima dalam sebuah pekerjaan, itu hanya salah satu rejeki yang dapat dinilai... Karena bentuknya rupiah...

Namun sebetulnya, banyak rejeki lain yang didapatkan jika saya mengambil satu pekerjaan... Misalnya saya ditugaskan ke luar kota bahkan keluar pulau... Jika saya berangkat sendiri, bisa terbayang, berapa ongkos yang harus dikeluarkan, hotel selama di tempat tujuan, biaya makan... Waah pokonya banyak banget deh... Itu yang kesatu

Yang kedua, pengalaman mengetahui lokasi bersejarah atau wisata atau kuliner... Di sela2 penugasan biasanya ada waktu kosong yang dapat dimanfaatkan untuk melihat-lihat tempat2 tersebut.. Saya selalu WOW dan terpesona dengan kekayaan alam Indonesia yang luar biasa... Dan ini tidak tergantikan dengan uang...

Yang ketiga... Tentu saja pengalaman bertemu dengan orang-orang baru... Karena bagi saya rejeki saya akan selalu didekatkan jika banyak melakukan silaturahmi...

Saya pernah mendapatkan honor yang luar biasa menurut ukuran saya, padahal pekerjaannya tidak terlalu lama... Pernah juga mendapatkan honor yang "sekedar untuk naik taksi" padahal pekerjaannya lama dan sampai begadang2... Bahkan dengan sukarela saya akan mengratiskan pekerjaan saya (walau biasanya tetep aja dapet dalam bentuk buah tangan khas daerah tersebut)

Ukuran saya, peserta happy, yang mengundang senang, saya pasti akan gembira... Itu adalah honor yang terbesar dalam pekerjaan saya...

So... Jangan selalu mengukur pekerjaan dengan besar kecilnya honor yang diterima, jangan merasa terhina jika honor dianggap "terlalu kecil" karena besar kecil itu relatif... 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama menteri

Pengumuman kabinet kerja oleh Presiden Joko Widodo mengingatkan saya dengan tugas yang diberikan oleh guru waktu SD sampai SMP.... Sekitar tahun 1988 ke bawah...(berarti bisa itung umur saya berapa #ilangfokus)  Setiap kali pengumuman menteri, saya dan teman2 mendapat tugas baru, yaitu menghapal nama2 menteri pada saat itu.. Hanya nama2 menteri tanpa tugas dan fungsi kementeriannya Tapi saat itu, seingat saya nama kementeriannya pendek2, dan orangnya 4L alias lu lagi lu lagi... Sampai sekarang saya ingat kalo Bapak Harmoko selalu jadi menteri penerangan, dan Bapak BJ Habibie selalu jadi menristek, belum nama2 lain yang hanya berputat2 disitu... Keuntungannya buat murid seperti saya... Tidak terlalu bersusah payah... Tadinya saya pikir, ngapalin nama menteri udah ga ada lagi di materi SD, tapi baru kemaren banget ngobrol sama sepupu yang anaknya kelas 6 SD... Ternyata mereka masih juga disuruh ngapalin nama menteri... Komentar pertamanya yang muncul tentang pengumuman menteri ini ad...

Bojong Picung

I Gambar di atas adalah jalan Cipeuyeum kabupaten Cianjur. Jangan dibayangkan ini ada di cianjur selatan, ini adalah daerah sebelum ciranjang kalau dari arah Bandung menuju wilayah Bojong Picung. Jalan cipeuyeum ini merupakan salah satu alternati menuju Bojong Picung. Kalau mau ke arah Ciranjang dari kota Bandung, tanda untuk akses masuknya adalah Plang Balai Pelatihan Pertanian, tapi kecil dan sudah mulai pudar tulisannya. Yang jelas, kalau sudah melewati rel kereta api setelah RAjamandala, dipastikan jalan ini sudah terlewat. Apa yang menarik? Hmmmm... Saya hanya berpikir, jalan ini tidak jauh dari jalan utama Bandung Cianjur, tapi kondisinya rusak (walau ga berat, cukup membuat my little car harus berjalan pelan). Jarak dari jalan utama menuju Bojong picung, kurang lebih 4 km... Tapi waktu tempuhnya minimal 30 menit.  Macet? Boro2... Sepi banget malah. Tapi pemandangannya mengasikkan loh... Kiri kanan sawah, dengan petani baik ibu2 maupun bapak2, yang keliatannya sudah berumur (...

Ketika musim ulangan tiba

Ketika ulangan kenaikan kelas (UKK) tiba, yang stress bukan hanya siswa tapi juga orang tua. Kata orang tua, materi di sekolah udah susah, kelas 1 SD udah bukan lagi ini budi tapi udah ke bacaan yang lebih kompleks... Apakah memang materi anak sekarang lebih susah daripada kita waktu kelas 1 SD?  Sepertinya setiap orang tua generasi manapun akan merasakan bahwa materi yang diterima anaknya dirasa lebih berat. Saya ingat betul, waktu SD saya susah sekali diajar membaca, sampai ayah naek darah setiap kali mengajari membaca. Atau ketika SMA, saya sama sekali tidak bisa minta tolong sama orang tua karena pelajarannya "sangat susah" menurut versi orang tua. Ketika saya menjadi orang tua, saya pun mengalami hal yang sama, ketika anak mengeluh tidak bisa memahami materi pelajarannya, dan ketika disodorkan kepada saya, malah saya lebih bingung lagi.  Sebetulnya orang tua tidak perlu stress atau khawatir berlebihan, usia2 sekolah adalah usia dimana sebetulnya anak punya kemampuan yang...