Langsung ke konten utama

Situasional

Suatu saat, saya berbincang dengan seseorang tentang satu hal... Hal yang umum terjadi disekitar kita... Sebut saja orang itu adalah B.  Ketika membahas hal tersebut, kami ngobrol dengan santai, diselingi hal2 yang lainnya tapi masih terkait dengan satu hal itu..

Hal itu kembali saya bincangkan dengan orang lainnya sebut saja H... Ternyata reaksi yang diterima berbeda dari pada B... Baru diungkapkan 3 kata saja, H sudah bersikap reaktif, dan menganggap perbincangan tersebut tidak pantas untuk dibicarakan oleh saya... Padahal selama ini justru H yang sering menyebutkan betapa dekat hubungan saya dengan H.

Dari dua kejadian tersebut, saya menarik kesimpulan, rambut boleh sama hitam tapi pikiran berbeda. Kita tidak bisa menganggap permasalahan yang sama akan menghasilkan reaksi yang sama. Situasi dan kondisi saat berbicara berpengaruh pada reaksi seseorang.   Selain itu juga, kita harus memahami kondisi psikologis teman bicara kita.

Sebagai orang yang suka SKSD (bahasa jaman baheula yang berarti Sok Kenal Sok Dekat) walaupun pada kasus ini sebetulnya saya bukan sok kenal, tentu saja reaksi yang diluar dugaan menimbulkan rasa kaget yang luar biasa. Saya hanya bisa bengong dan memandang teman bicara dengan tatapan yang mungkin malah dianggap terlalu berani.  Sambil berpikir dimana kesalahan saya.

Jadi, segala hal yang akan dibicarakan sifatnya situasional, dimana saya haris melihat situasi sebelum bicara dengan seseorang.  Saya sadar karena hal yang dibicarakan agak2 bersifat sensitif, tapi karena kepolosan, sikap blak2an dan sok akrab yang dimiliki, membuat saya berbicara tanpa melihat situasi dan kondisi teman bicara.

Alhasil, semalaman saya terpekur, memikirkan apa yang sudah terjadi, bdan muncullah pemahaman baru... Jangan sok tahu (walaupun tahu) sebelum orng lain bertanya... Jangan sok akrab walaupun merasa dekat.. Karena ternyata sikap sok tahu dan sok akrab dapat menjadi bumerang untuk diri sendiri..

#salamokke
#intropeksidiri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama menteri

Pengumuman kabinet kerja oleh Presiden Joko Widodo mengingatkan saya dengan tugas yang diberikan oleh guru waktu SD sampai SMP.... Sekitar tahun 1988 ke bawah...(berarti bisa itung umur saya berapa #ilangfokus)  Setiap kali pengumuman menteri, saya dan teman2 mendapat tugas baru, yaitu menghapal nama2 menteri pada saat itu.. Hanya nama2 menteri tanpa tugas dan fungsi kementeriannya Tapi saat itu, seingat saya nama kementeriannya pendek2, dan orangnya 4L alias lu lagi lu lagi... Sampai sekarang saya ingat kalo Bapak Harmoko selalu jadi menteri penerangan, dan Bapak BJ Habibie selalu jadi menristek, belum nama2 lain yang hanya berputat2 disitu... Keuntungannya buat murid seperti saya... Tidak terlalu bersusah payah... Tadinya saya pikir, ngapalin nama menteri udah ga ada lagi di materi SD, tapi baru kemaren banget ngobrol sama sepupu yang anaknya kelas 6 SD... Ternyata mereka masih juga disuruh ngapalin nama menteri... Komentar pertamanya yang muncul tentang pengumuman menteri ini ad...

Bojong Picung

I Gambar di atas adalah jalan Cipeuyeum kabupaten Cianjur. Jangan dibayangkan ini ada di cianjur selatan, ini adalah daerah sebelum ciranjang kalau dari arah Bandung menuju wilayah Bojong Picung. Jalan cipeuyeum ini merupakan salah satu alternati menuju Bojong Picung. Kalau mau ke arah Ciranjang dari kota Bandung, tanda untuk akses masuknya adalah Plang Balai Pelatihan Pertanian, tapi kecil dan sudah mulai pudar tulisannya. Yang jelas, kalau sudah melewati rel kereta api setelah RAjamandala, dipastikan jalan ini sudah terlewat. Apa yang menarik? Hmmmm... Saya hanya berpikir, jalan ini tidak jauh dari jalan utama Bandung Cianjur, tapi kondisinya rusak (walau ga berat, cukup membuat my little car harus berjalan pelan). Jarak dari jalan utama menuju Bojong picung, kurang lebih 4 km... Tapi waktu tempuhnya minimal 30 menit.  Macet? Boro2... Sepi banget malah. Tapi pemandangannya mengasikkan loh... Kiri kanan sawah, dengan petani baik ibu2 maupun bapak2, yang keliatannya sudah berumur (...

Ketika musim ulangan tiba

Ketika ulangan kenaikan kelas (UKK) tiba, yang stress bukan hanya siswa tapi juga orang tua. Kata orang tua, materi di sekolah udah susah, kelas 1 SD udah bukan lagi ini budi tapi udah ke bacaan yang lebih kompleks... Apakah memang materi anak sekarang lebih susah daripada kita waktu kelas 1 SD?  Sepertinya setiap orang tua generasi manapun akan merasakan bahwa materi yang diterima anaknya dirasa lebih berat. Saya ingat betul, waktu SD saya susah sekali diajar membaca, sampai ayah naek darah setiap kali mengajari membaca. Atau ketika SMA, saya sama sekali tidak bisa minta tolong sama orang tua karena pelajarannya "sangat susah" menurut versi orang tua. Ketika saya menjadi orang tua, saya pun mengalami hal yang sama, ketika anak mengeluh tidak bisa memahami materi pelajarannya, dan ketika disodorkan kepada saya, malah saya lebih bingung lagi.  Sebetulnya orang tua tidak perlu stress atau khawatir berlebihan, usia2 sekolah adalah usia dimana sebetulnya anak punya kemampuan yang...