Langsung ke konten utama

Pilpres, PPDB dan THR

Bulan juli ini banyak yang mempunyai harapan. Harapan agar capres pilihannya jadi presiden, harapan agar anaknya diterima di sekolah yang dituju dan harapan agar mendapat THR yang bisa bikin bibir tersenyum. 

Gonjang ganjing pemilihan presiden sudah merebak paling tidak 2 bulan terakhir. Masing2 calon mengkampanyekan hal-hal positif dari sudut pandangnya sendiri. Tidak sedikit kampanye negatif dan kampanye hitam ditujukan kepada kedua pasangan akibat orang lain memandang dari perspektif lain. Bahkan tidak sedikit teman jadi musuh baik di dunia nyata maupu. Di dunia maya gara-gara beda pilih calon.

Di masa penerimaan peserta didik baru (PPDB) gonjang ganjing khawatir mulai terasa setelah siswa kelas akhir di SD, SMP dan SMA selesai US atau UN dan berniat untuk melanjutkan sekolah ke sekolah negeri, kalau bisa favorit. Banyaknya sekolah yang dianggap bagus di Kota, mengakibatkan siswa yg berasal dari kabupaten ikut mendftar di kota, yang berdampak pada pembatasa kuota penerimaan untuk siswa yang berasal dari luar kota.
Tidak sedikit yang mengakali dengan cara pindah dan ikut di kartu keluarga salah satu keluarganya yang tinggal di kota agar tidak terkena dampak pembatasan siswa. Aturan yang lebih diperketat membuat banyak orang tua siswa yang resah gelisah.

THR merupakan bagian kegalauan yang paling akhir untuk mereka yang biasa menerima THR. Alokasi dana THR yang biasanya untuk persiapan hari raya sekarang harus dipecah untuk persiapan anak sekolah. Belum lagi jumlahnya yang tidak menentu dan kemampuan perusahaan untuk membayar, walaupun sudah ditetapkan oleh pemerintah, batas akhir pembayaran THR. 

Bicara soal harapan, pasti akan berbenturan dengan kenyataan. Mungkin diantara kita ada yang hanya satu permasalahan diatas yang dihadapi, atau 2 masalah atau malah ketiga masalah tersebut dihadapi. Semuanya berharap kenyataannya akan sesuai dengan harapan, presiden yang terpilih merupakan pilihannya, anak masuk sekolah favorit dan THR diterima tepat waktu dengan jumlah nominal yang memadai.

Jika tidak sesuai bagaimana? Tetaplah bersyukur dengan segala kondisi yang menimpa kita. Bersyukur masih bisa memilih dan masuk DPT pilpres pada saat orang lain tidak bisa memilih. Bersyukur masih pusing karena memilih sekolah bukan karena ga bisa menyekolahkan. Bersyukur karena masih bisa bekerja disaat orang lain banyak yang menganggur. Insya Allah walaupun kenyataan tidak sesuai harapan hati kita masih bisa tersenyum, dan terpancar dari binar mata dan bibir kita. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama menteri

Pengumuman kabinet kerja oleh Presiden Joko Widodo mengingatkan saya dengan tugas yang diberikan oleh guru waktu SD sampai SMP.... Sekitar tahun 1988 ke bawah...(berarti bisa itung umur saya berapa #ilangfokus)  Setiap kali pengumuman menteri, saya dan teman2 mendapat tugas baru, yaitu menghapal nama2 menteri pada saat itu.. Hanya nama2 menteri tanpa tugas dan fungsi kementeriannya Tapi saat itu, seingat saya nama kementeriannya pendek2, dan orangnya 4L alias lu lagi lu lagi... Sampai sekarang saya ingat kalo Bapak Harmoko selalu jadi menteri penerangan, dan Bapak BJ Habibie selalu jadi menristek, belum nama2 lain yang hanya berputat2 disitu... Keuntungannya buat murid seperti saya... Tidak terlalu bersusah payah... Tadinya saya pikir, ngapalin nama menteri udah ga ada lagi di materi SD, tapi baru kemaren banget ngobrol sama sepupu yang anaknya kelas 6 SD... Ternyata mereka masih juga disuruh ngapalin nama menteri... Komentar pertamanya yang muncul tentang pengumuman menteri ini ad...

Bojong Picung

I Gambar di atas adalah jalan Cipeuyeum kabupaten Cianjur. Jangan dibayangkan ini ada di cianjur selatan, ini adalah daerah sebelum ciranjang kalau dari arah Bandung menuju wilayah Bojong Picung. Jalan cipeuyeum ini merupakan salah satu alternati menuju Bojong Picung. Kalau mau ke arah Ciranjang dari kota Bandung, tanda untuk akses masuknya adalah Plang Balai Pelatihan Pertanian, tapi kecil dan sudah mulai pudar tulisannya. Yang jelas, kalau sudah melewati rel kereta api setelah RAjamandala, dipastikan jalan ini sudah terlewat. Apa yang menarik? Hmmmm... Saya hanya berpikir, jalan ini tidak jauh dari jalan utama Bandung Cianjur, tapi kondisinya rusak (walau ga berat, cukup membuat my little car harus berjalan pelan). Jarak dari jalan utama menuju Bojong picung, kurang lebih 4 km... Tapi waktu tempuhnya minimal 30 menit.  Macet? Boro2... Sepi banget malah. Tapi pemandangannya mengasikkan loh... Kiri kanan sawah, dengan petani baik ibu2 maupun bapak2, yang keliatannya sudah berumur (...

Ketika musim ulangan tiba

Ketika ulangan kenaikan kelas (UKK) tiba, yang stress bukan hanya siswa tapi juga orang tua. Kata orang tua, materi di sekolah udah susah, kelas 1 SD udah bukan lagi ini budi tapi udah ke bacaan yang lebih kompleks... Apakah memang materi anak sekarang lebih susah daripada kita waktu kelas 1 SD?  Sepertinya setiap orang tua generasi manapun akan merasakan bahwa materi yang diterima anaknya dirasa lebih berat. Saya ingat betul, waktu SD saya susah sekali diajar membaca, sampai ayah naek darah setiap kali mengajari membaca. Atau ketika SMA, saya sama sekali tidak bisa minta tolong sama orang tua karena pelajarannya "sangat susah" menurut versi orang tua. Ketika saya menjadi orang tua, saya pun mengalami hal yang sama, ketika anak mengeluh tidak bisa memahami materi pelajarannya, dan ketika disodorkan kepada saya, malah saya lebih bingung lagi.  Sebetulnya orang tua tidak perlu stress atau khawatir berlebihan, usia2 sekolah adalah usia dimana sebetulnya anak punya kemampuan yang...