Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Kisah Bola, Bapak dan Anak

Kedua bola dalam gambar mempunyai cerita sendiri. Tadinya bola-bola itu merupakan bagian dari mainan yang dijual oleh seorang Bapak di suatu pagi yang cerah setelah sejak sore sampai malam diguyur hujan yang lebat. Kejadian ini berlangsung di Kota Bandung tercinta, yang sedang "gumeulis" (baca:mempercantik diri) di Komplek Pasirlayung yang berada tidak jauh dari Saung Angklung Udjo yang hits n mendunia itu... Ya kurang lebih 1 km ke arah utara alias nanjak... (Yang suka ke caringin tilu atau warung moko pasti tau) Kembali pada cerita bola, bola ini tadinya bergantungan bersama sekitar 6 bola lainnya, ditemani oleh mainan lainnya seperti uang2an rupiah yang hanya laku di dunia bermain anak2, pedang2an yg terbuat dari busa, kartu2 bergambar dan lain2 (tapi ga banyak ko, bayangkan aja, jualannya sambil digendong seperti membawa ransel, dan ukuran kotak jualannya pun kurang lebig sebesar ransel ukuran 20 liter). Ketertarikan untuk membeli bola tersebut bukan karena butuh bola, ta...

Sertifikasi Dosen bagian 2

Posting saya pada hari Sabtu 15 November 2014 menyebutkan belum mendapatkan akun dan password untuk bisa login di laman serdos.  Dampaknya adalah saya santai saja, tidak mempersiapkan apapun yang seharusnya disiapkan.  Bahkan saya mempersiapkan pekerjaan lain yang memang harus di selesaikan.  Ternyata pada hari Senin, tanggal 17 November 2014 sekitar pukul 17.00 saya mendapatkan kabar dari teman yang tadinya sama-sama tidak mendapatkan akun password, kalau ternyata kami mendapatkan akun dan password tersebut.  Kabar lainnya yang agak bikin panik adalah, semua data harus diisi selambat-lambatnya tanggal 21 November 2014, namun pihak Kopertis IV meminta tanggal 19 November 2014, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kekurangan dokumen atau data yang diperlukan. Dengan posisi sedang di luar kota, saya bersyukur karena sebelumnya saya sudah mengurus jabatan fungsional, sehingga data-data yang dibutuhkan untuk mengisi data isian peserta serdos s...

Sertifikasi Dosen

Alhamdulillah... Hari selasa tanggal 4 November 2014 ada pemberitahuan bahwa nama saya masuk ke data D3 untuk pengajuan Sertifikasi Dosen di gelombang III setelah gelombang II gagal ikut karena data di forlap tidak mencantumkan golongan jabatan. Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah mengikuti TOEP dan TKDA yang mengharuskan setiap calon peserta serdos mendaftar di laman PLTI.or.id dengan membayar untuk masing-masing tes sebanyak 250.000. Untungnya saya sudah mengikuti tes tersebut, di bulan July 2014, walaupun saya sebelumnya sudah mempunyai tes Toefl dari balai bahasa UPI dan TPA dari Bappenas... Tapi untuk ketenangan batin, saya tetap mengikuti tes yang diselenggarakan oleh PLTI. Namun ternyata masih belum rejeki... Pada hari Jumat tanggal 14-11-14, saya beserta seluruh teman yang sudah diajukan data D3 nya dipanggil untuk memperoleh akun serdos tapi ternyata nama saya tidak tercantum di data D4. Setelah tau bahwa saya tidak dapat akun, langsung sms bagian yang mengurus serdos...

Nama menteri

Pengumuman kabinet kerja oleh Presiden Joko Widodo mengingatkan saya dengan tugas yang diberikan oleh guru waktu SD sampai SMP.... Sekitar tahun 1988 ke bawah...(berarti bisa itung umur saya berapa #ilangfokus)  Setiap kali pengumuman menteri, saya dan teman2 mendapat tugas baru, yaitu menghapal nama2 menteri pada saat itu.. Hanya nama2 menteri tanpa tugas dan fungsi kementeriannya Tapi saat itu, seingat saya nama kementeriannya pendek2, dan orangnya 4L alias lu lagi lu lagi... Sampai sekarang saya ingat kalo Bapak Harmoko selalu jadi menteri penerangan, dan Bapak BJ Habibie selalu jadi menristek, belum nama2 lain yang hanya berputat2 disitu... Keuntungannya buat murid seperti saya... Tidak terlalu bersusah payah... Tadinya saya pikir, ngapalin nama menteri udah ga ada lagi di materi SD, tapi baru kemaren banget ngobrol sama sepupu yang anaknya kelas 6 SD... Ternyata mereka masih juga disuruh ngapalin nama menteri... Komentar pertamanya yang muncul tentang pengumuman menteri ini ad...

Tumpukan Gerbong

Memasuki stasiun purwakarta, maka penumpang KA akan disuguhi dengan pemandangan tumpukan gerbong...  Sepanjang perjalanan Bandung Jakarta, hanya di sinilah tumpukan gerbong dapat ditemui... Berbagai pikiran iseng muncul di kepala... Andai gerbong itu diubah fungsinya menjadi rumah tinggal, sepertinya akan asyik... Bayangkan... Ujung2nya kan udah ada kamar mandi.. Walau WC doang... Tapi salah satu ujung bisa diubah menjadi tempat khusus mandi... Nah...masuk ke bagian depan, dapat disetting jadi ruang serbaguna yg merangkap ruang tamu, ruang tivi, dan ruang keluarga... Dibagian tengah bisa dibuat jadi kamar tidur yg multifungsi... Kasur yang bisa dilipat, dan lemari dibagian atas gerbonf... Tuh lihat gambar di atas.. Bisa jadi lemari kan? Berpindah ke bagian belakang, menjadi dapur dan tempat makan... Lengkap sudah, kalah deh rumah tipe 21... Heehhehe... Bayangan berikutnya, andai gerbong ini dijadikan tempat wisata, yg bisa dengan gratis dikunjungi anak2... Dibuat gerbong dalam gerb...

Warisan

Warisan bukan hanya warisan harta atau hutang... Warisan dapat juga berbentuk warisan sikap, perilaku serta nilai-nilai positif maupun negatif yang ada di masyarakat... Kalau warisan harta atau hutang sudah jelas, diberikan langsung pada saat orang tua atau suami atau istri meninggal dunia... Sementara warisan non harta, justru diberikan secara bertahap, setiap hari, setiap jam bahkan setiap menit... Jika melihat kondisi sekarang mengenai warisan sikap dan perilaku, saya merasa khawatir, sangat khawatir bahkan...  Dijalanan orang tua setiap pagi mengantarkan anaknya, entah naik motor ataupun mobil... Pengendara motor (orang tua) seringkali tidak memperhatikan rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan... Mereka seenaknya melewati zebra cross ketika berhenti, berjalan pelan di sisi jalan, tidak memberi kesempatan untuk pejalan kaki yang menyebrang... Dan mereka melakukan itu sambil membonceng anaknya... Bisa dibayangkan, setiap hari anak melihat apa yang dilakukan orang tuanya dalam me...

Bojong Picung

I Gambar di atas adalah jalan Cipeuyeum kabupaten Cianjur. Jangan dibayangkan ini ada di cianjur selatan, ini adalah daerah sebelum ciranjang kalau dari arah Bandung menuju wilayah Bojong Picung. Jalan cipeuyeum ini merupakan salah satu alternati menuju Bojong Picung. Kalau mau ke arah Ciranjang dari kota Bandung, tanda untuk akses masuknya adalah Plang Balai Pelatihan Pertanian, tapi kecil dan sudah mulai pudar tulisannya. Yang jelas, kalau sudah melewati rel kereta api setelah RAjamandala, dipastikan jalan ini sudah terlewat. Apa yang menarik? Hmmmm... Saya hanya berpikir, jalan ini tidak jauh dari jalan utama Bandung Cianjur, tapi kondisinya rusak (walau ga berat, cukup membuat my little car harus berjalan pelan). Jarak dari jalan utama menuju Bojong picung, kurang lebih 4 km... Tapi waktu tempuhnya minimal 30 menit.  Macet? Boro2... Sepi banget malah. Tapi pemandangannya mengasikkan loh... Kiri kanan sawah, dengan petani baik ibu2 maupun bapak2, yang keliatannya sudah berumur (...

Dosen vs Guru dalam PLPg 2014

"Harusnya dosen yang jadi instruktur PLPG dikasih dulu pelatihan materi Kurikulum 2013" pernyataan ini datang dari seorang teman, yang menjadi aalah satu instruktur PLPG tahun 2014.  PLPG merupakan salah satu program pemerintah untuk guru yang ingin mendapatkan sertifikasi guru. Mulai tahun 2013, materi PLPG diambil dari materi dari BPSDMP mengenai implementasi kurikukum 2013 (K13) K13 memuat banyak materi yang baru. Baru untuk instruktur maupun peserta. Di tahun 2013, kebingungan instruktur tidak terlalu nampak, karena banyak peserta yang belum mendapatkan pelatihan K13. Tetapi pada pelaksanaan PLPG tahun 2014, para instruktur yang terdiri dari dosen dan widyaiswara mulai galau, karena peserta PLPG banyak yang sudah mengikuti pelatihan untuk guru sasaran, sehingga dianggap sudah mengetahui lebih jauh tentang K13. Guru juga praktisi dalam K13, segingga tahu bagaimana mengimplementasikan dalam KBM sehari-hari. Dalam hal pengetahuan tentang implementasi K13 serta prakteknya, se...

Pilpres, PPDB dan THR

Bulan juli ini banyak yang mempunyai harapan. Harapan agar capres pilihannya jadi presiden, harapan agar anaknya diterima di sekolah yang dituju dan harapan agar mendapat THR yang bisa bikin bibir tersenyum.  Gonjang ganjing pemilihan presiden sudah merebak paling tidak 2 bulan terakhir. Masing2 calon mengkampanyekan hal-hal positif dari sudut pandangnya sendiri. Tidak sedikit kampanye negatif dan kampanye hitam ditujukan kepada kedua pasangan akibat orang lain memandang dari perspektif lain. Bahkan tidak sedikit teman jadi musuh baik di dunia nyata maupu. Di dunia maya gara-gara beda pilih calon. Di masa penerimaan peserta didik baru (PPDB) gonjang ganjing khawatir mulai terasa setelah siswa kelas akhir di SD, SMP dan SMA selesai US atau UN dan berniat untuk melanjutkan sekolah ke sekolah negeri, kalau bisa favorit. Banyaknya sekolah yang dianggap bagus di Kota, mengakibatkan siswa yg berasal dari kabupaten ikut mendftar di kota, yang berdampak pada pembatasa kuota penerimaan untu...

Ketika musim ulangan tiba

Ketika ulangan kenaikan kelas (UKK) tiba, yang stress bukan hanya siswa tapi juga orang tua. Kata orang tua, materi di sekolah udah susah, kelas 1 SD udah bukan lagi ini budi tapi udah ke bacaan yang lebih kompleks... Apakah memang materi anak sekarang lebih susah daripada kita waktu kelas 1 SD?  Sepertinya setiap orang tua generasi manapun akan merasakan bahwa materi yang diterima anaknya dirasa lebih berat. Saya ingat betul, waktu SD saya susah sekali diajar membaca, sampai ayah naek darah setiap kali mengajari membaca. Atau ketika SMA, saya sama sekali tidak bisa minta tolong sama orang tua karena pelajarannya "sangat susah" menurut versi orang tua. Ketika saya menjadi orang tua, saya pun mengalami hal yang sama, ketika anak mengeluh tidak bisa memahami materi pelajarannya, dan ketika disodorkan kepada saya, malah saya lebih bingung lagi.  Sebetulnya orang tua tidak perlu stress atau khawatir berlebihan, usia2 sekolah adalah usia dimana sebetulnya anak punya kemampuan yang...

Honor

Honor... Ini merupakan salah satu indikator penghargaan seseorang kepada saya terhadap pekerjaan yang telah dilakukan.. Permasalahannya adalah bagaimana cara mengukur kepantasan "berapa honor yang layak saya terima dalam sebuah pekerjaan?"  Sebenarnya bagi saya, tidak ada standar tertentu, karena jika menetapkan sebuah standar, sepertinya saya sedang jual beli ilmu.. Ko seperti sebuah penghianatan akademik... Saya selalu berpikir, berapapun honor yang diterima dalam sebuah pekerjaan, itu hanya salah satu rejeki yang dapat dinilai... Karena bentuknya rupiah... Namun sebetulnya, banyak rejeki lain yang didapatkan jika saya mengambil satu pekerjaan... Misalnya saya ditugaskan ke luar kota bahkan keluar pulau... Jika saya berangkat sendiri, bisa terbayang, berapa ongkos yang harus dikeluarkan, hotel selama di tempat tujuan, biaya makan... Waah pokonya banyak banget deh... Itu yang kesatu Yang kedua, pengalaman mengetahui lokasi bersejarah atau wisata atau kuliner... Di sela2 penu...